Galaksi dan Polusi Cahaya
Galaksi bima sakti merupakan tempat kita berada di alam semesta ini.
Galaksi bima sakti termasuk galaksi spiral, yang terdiri dari piringan atau lengan
bintang-bintang yang berotasi, materi antarbintang, tonjolan (bulge), dan sebuah lubang hitam supermasif di pusatnya. Oleh karena
posisi kita di lengan galaksi, kita dapat melihat pusat galaksi kita sebagai
awan debu yang penuh bintang pada bulan tertentu di tempat yang gelap dan minim
gangguan karena awan debu tersebut sangat redup dibanding bintang-bintang
paling terang di langit malam.
Penggunaan lampu di perkotaan telah menjadi suatu kebutuhan masyarakat dan
tak terlepaskan dari kehidupan sehari-hari. Terkadang, ada lampu yang dibiarkan
menyala ke arah langit, menyebabkan langit menjadi terlihat terang. Inilah yang
disebut sebagai polusi cahaya. Hal seperti ini sangat mengganggu, baik bagi
manusia ataupun hewan. Salah satu dampaknya adalah pada hewan nokturnal yang
waktu tidurnya menjadi terganggu karena cahaya terang dari lampu. Polusi cahaya
merupakan jenis polusi yang sering luput dari perhatian, sekaligus polusi yang
paling mudah ditangani, penangannya cukup dengan mematikan lampu atau mengurangi pencahayaan yang tidak digunakan. Polusi cahaya juga sangat mengganggu astronom karena cahaya dari objek
yang sangat redup menjadi tidak terlihat. Normalnya dengan mata telanjang
seseorang dapat melihat 6000 bintang di langit malam yang amat gelap. Akan tetapi, hanya beberapa bintang paling terang saja yang dapat
terlihat akibat gangguan polusi cahaya.
Kondisi seperti ini membuat banyak orang tidak pernah dapat melihat
bentangan galaksi bima sakti di langit malam dengan mata telanjang. Untuk kota
seperti Jakarta, masih ada beberapa astrofotografer yang mampu memotret
bentangan galaksi bima sakti dengan teknik tertentu, meski hasilnya tidak terlalu bagus, tetapi rasanya mustahil
untuk melihatnya dengan mata telanjang. Gangguan dari polusi cahaya, ditambah
polusi udara membuat langit kurang enak dipandang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kesadaran bersama untuk
menggunakan lampu secara bijaksana. Mematikan lampu yang tidak digunakan,
mengarahkan nyala lampu ke bawah, memasang penutup di atas lampu taman agar
cahayanya tidak mengarah ke langit merupakan cara yang tidak terlalu sulit
untuk dilakukan semua orang, tetapi cukup efisien dalam mengurangi dampak dari
polusi cahaya. Hal tersebut juga dapat mengurangi penggunaan energi. Untuk alasan yang sama pula diadakan Earth Hour dengan mematikan semua lampu yang tidak dipakai selama 1
jam untuk mengurangi polusi cahaya dan pemborosan energi. Mungkin saja, anak-cucu kita masih akan dapat mengamati bentangan galaksi bima sakti di
langit malam dan mengapresiasi keindahan alam semesta.
Komentar
Posting Komentar
-Mohon untuk tidak spam di komentar-